Tuesday, November 9, 2010

CERPEN

  CERPEN SI GADIS
Mail menatap wajahnya didepan cermin kecil yang berdiri  kaku diatas meja kayu. Hati dan pikirannya melayang dalam sebuah dimensi kosong, mengerang ditengah kedzaliman putus asa dan kecewa. Ia bersandar dalam dimensi itu, mencoba memompa hasrat untuk bangkit, tertatih tapi terlunta tak kuasa.            
Tiga hari lalu , dalam sebuah perjalanan pagi yang indah, matanya dihadapkan pada sesosok mahluk menawan, yang menggoda matanya untuk terus menguatkan fokus dalam area yang lebih jelas. Reaksi yang luar biasa dari seorang anak manusia yang terhujam kedalam fenomena yang luar biasa.“ sungguh Tuhan telah ciptakannya dengan sempurna” gumam nya.            
Keterpakuan dia dalam pesona, mengangkatnya tinggi dalam harapan. Menimbulkan hasrat bagi dia untuk menciptakan sebuah skenario singkat dengan alur kronologis yang cepat. Dengan segera ia menghampiri sang gadis, dengan sedikit senyum yang ia hunuskan diwajahnya, ia mengulurkan tangannya.“ boleh saya tahu nama anda ? “Keberanian yang luar biasa dari seorang anak manusia yang terjatuh dalam cinta kilat. Sayangnya mail lupa, apa yang dilakukan hanya akan membuatnya diberi gelar muka badak.  Sang gadis menatap mail dengan sinis, menciptakan pisau tajam yang ia sayatkan pada dada mail. Dengan sedikit gerakan kepala, ia membuang muka dari pandangan mail, yang mengokohkan sang gadis dalam kasta yang lebih tinggi dari mail. Mulut tipisnya tak sedikit pun ia lukis dengan senyuman, hanya gerakan bibir ketus yang sulit mail terjemahkan.            
Mail mulai berpikir sedikit bijak ditengah rasa malu yang mencabuknya, tanggannya ia tarik perlahan, melemas lunglai bersama kempis pikirannya yang semula gembung dalam asa. Ia berbalik arah menjauhi sang gadis dengan langkah kaki gontai, ksatria pulang membawa kesedihan dan luka di medan perang.Ditengah langkah gontainya, ia kembali membuka keran pikirannya, ia mulai kreatif dengan menuliskan nomor telephonnya, diatas  sobekan kertas bungkus rokok kretek yang menjadi kekasihnya selama ini. Ia segera tuliskan nomornya dengan cepat, jajaran nomor yang sedikt acak seperti pemiliknya yang juga acak – acakan dalam fashion. Penampilan  mail memang perlente tapi bagi dia sendiri, sayangnya ia tidak berpikir apakah penampilannya perlente bagi orang lain.Kesatria dengan gagah berani kembali kemedan perang, membawa pedang baru yang baru saja ia buat dengan kilat. Ia dengan mata optimisnya, membara ditengah udara pagi yang dingin, mengulurkan tangannnya yang memegang nomor thelepon .“ mbak, ini nomor telepon saya, mohon untuk diterima, jadi mbak kapan – kapan bisa menghubungi saya “  Sang gadis tetap dengan posisi kakunya, wajahnya ia rangkai sedemikian rupa dalam rangkaian wajah yang seketus mungkin. Sayang usaha sang gadis tak berhasil, semakin ia berusaha ketus, semakin ia nampak cantik dalam fenomena yang menawan. Mawar tetap saja mawar, meskipun berusaha untuk membuatnya seperti raflesia.     “ mohon diterima mbak “    Mail terus memohon, dibawah panji kemegahan sang gadis, mail terjajah oleh dedikasi memalukannya, membuatnya terseret beberapa meter dalam arus ketakberdayaan.   Sang  gadis menatap,  Ia pamerkan roman wajahnya yang cantik dihadapan mail, namun bukan wajah yang begitu mekar dalam angkuh lagi, kini berubah menjadi sayu, sesaat kemudian senyum simpul ia layangkan kepada mail. Hujan dengan deras menyerbu bumi, itulah perasaan mail yang tak terkira rasanya. Sang putri Elizhabet yang angkuh telah berubah menjadi putri Diana yang anggun, mengelus dada mail dalam imaji indah yang bergelombang membasmi kecewanya, menumbuhkan benih sakura dimusim semi.  Sang gadis dengan tangan lembut mungilnya, menerima kertas itu. Menyimpannya dalam saku celana jeans abu – abu yang ia pakai. Begitu ketat hingga menyembulkan sedikit lekuk tubuhnya, yang membuat sang gadis begitu mempesona antara keanggunan dan kekuatan daya tariknya.“ ya nanti saya akan hubungi, maaf sekarang saya harus pergi “  Sang gadis pergi menaiki bis kota yang telah ia tunggu dari tadi.
Mail tersnyum – senyum sendiri, kemudian duduk lunglai diatas kursi halte yang basah karena embun. Badannya lemas oleh orgasme rasa yang memuncak, ia begitu bahagia, meredamlah deburan ombak rasa takut dan malu, menjadi tenang dalam rasa bahagia tak terkira.  Lewat tiga hari peristiwa serah terima nomor HP yang suci dan sakral terjadi, mail masih menunggu sang gadis telpon atau hanya sekedar sms. Ia begitu sibuk dengan pikirannya sendiri, dalam otaknya berseliweran lalu lintas padat antara rasa takut, sedih dan sejenis formulasi pikiran negatif lain yang riuh bersorak –sorak.
  Ia segera untuk memutuskan untuk segera bangkit dari rasa penasarannya yang kian hari kian membengkak. Ia menyusuri pagi di musim hujan, tepat jam setengah enam ia telah berada di halte, mail mulai menyulam harap dan asa, berharap semoga sang gadis datang ke halte, membawa wajah anggunnya, diikuti irama liuk tubuh yang indah dan harum parfum cassanova yang diterbarkannya, benar – benar orkestra indah nan menawan yang mengguncang keras seisi hati mail.  Nihil, dua jam lebih mail menunggu, sang gadis tak datang juga, hanya hampa yang mengelayut di hati mail. Napoleon benar – benar lumpuh tenggelam dalam oase yang dalam. Mail meradang dalam prasangka, penolakan sang gadis akan dirinya meluluh lantahkan imaji yang dulu ia bangun dengan susah payah.                 Seharian mail merana dalam ruang gelap kamarnya, teriakan – teriakan kecil di hatinya membawa ia dalam sudut yang semakin gelap, ia begitu mencintai sang gadis pada untaian pandangan pertama. Kini ia kecewa juga sedih, usahanya selama tiga hari penantian dengan me make over penampilannya yang semula laksana mbah surif yang baru bangun dari peraduan, kini sudah seperti Rano karno yang baru pulang kuli panggul, sedikit ada kemajuan, sayangnya usahanya itu sia – sia.           
Selama tiga hari itu, mail selalu berkhayal dalam fokus yang tinggi, menciptakan daya khayal yang hidup tentang sang gadis, empat kali ia onani sambil membayangkan sang gadis, disetiap ejakulasinya ia adalah napoleon yang membunuh sang musuh, begitu melelahkan namun luar biasa memuaskan. Sebuah eksatasi cinta dan gairah yang membuat mail lupa akan dirinya sendiri.            
Mail sedikit terkejut, lamunannya terganggu oleh samar – samar suara lagu, kini ia sadar suara itu adalah lagu syahdu ciptaan Bang Roma Irama, yang mengalun indah dari Handphone nya , ringtone yang telah mail gunakan selama tiga hari ini.           Mail meras bahagia, ia berharap ini adalah telphone dari sang gadis, hati mail mulai siuman dari mabuk kesedihannya. Ia angkat telphonenya dan…..tuut telpohne terputus. Hanya Miss Call, pikir mail. tapi angan mail tetap diangkasa, ia masih berharap bahwa Miss Call tadi dari sang gadis yang mencoba menggoda mail dalam buai penasaran.
Mail sms…’ sapa ya ? ‘
Sms di jawab ‘ bleh knalan ? ‘
Dibalas mail ‘ boleh saja, ini siapa ?
‘‘ Ardi..kamu sapa ?’
Mail muak sekaligus heran dengan ulah si pelaku sms yang tidak ia ketahui. Ia heran karena nomor telephone ini tergolong baru dan hanya 4 orang didunia ini yang tahu nomor HP acak – acakan nya, mail sendiri, ibunya,  mali adik mail dan sang gadis, lalu siapa ardi…?Dengan rasa muak yang masih menari di ubun – ubun kepalanya, ia telphone si ardi dengan nada tinggi
“ kamu ardi mana? Tahu nomor ini dari mana ? jawab !!!!!
”“ Woi, lu sapa berani – berani bentak gue, gue nemuin nomor lu dijalan deket halte, kali aja ni nomor cewe, eh malah nomor cwo sinting”Tuuuuuut kontak diputus si ardi.
Mail, lunglai tersedak dalam rasa kecewa yang luar biasa. Tubuhnya bergetar diiringi irama sedih yang bergemuruh.  Lambat laun membentuk orkestra yang saling beriringan satu sama lain, antara kecewa, sedih, pengkhianatan dan amarah yang memekakan lubang – lubang di hatinya.Mail berpikir keras, melayangkan logika – logika yang mungkin bisa menjawab pertanyaan   “ kanapa nomor HP ku bisa ada di jalan, apa terjatuh dari celana jens ketat sang gadis atau mungkin dibuang ? “. Mail terus terjebak dalam pertanyaan – pertanyaannya dan logika – logika pasifnya, sambil termenung sepi menatap kaca kaku.

No comments:

Post a Comment